Sabtu, 06 April 2019


BAB I
PENDAHULUAN

     a.    Latar Belakang
Pranajiwa atau sering dikenal dengan pohon kepuh (Sterculia foetida) merupakan salah satu spesies tumbuhan hutan di Indonesia yang berasal dari Afrika Timur, Asia Tropik, dan Australia. Karena keberadaaan tumbuhan ini sebagian besar ditemukan dekat dengan kuburan atau tempat-tempat sakral, sehingga masayarakat sering menyebut pohon ini dengan sebutan pohon “Gendruwo”. Selain karena keberadaannya tersebut, pohon kepuh ini juga memiliki ukuran pohon dan buah yang besar.
Kepuh dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan generatif. Perbanyakan generatif menggunakan biji, sering dilakukan karena mudah, sedangkan perbanyakan vegetatif masih jarang dilakukan. Perbanyakan secara vegetatif biasanya dilakukan denga cara stek. Teknik perbanyakn dengan cara stek adalah metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang dipisahkan dari induknya, di mana jika ditanam dalam kondisi yang menguntungkan untuk bergenerasi akan berkembang menjadi tanaman yang mampu tumbuh baik.
Kepuh berupa pohon yang cukup besar, dengan tinggi bisa mencapai 50 meter. Namun demikian keberadaan kepuh sudah mulai jarang ditemukan, bahkan dari penelitian yang dilakukan status keberadaan pohon kepuh sudah termasuk langka. Tanaman kepuh dapat tumbuh dengan cepat didaerah tropik, atau daerah beriklim panas yang bersuhu sekitar 18-27 °C mulai dari daratan rendah sampai ketinggian antara 300 - 600 mdpl. Pada dataran tinggi (diatas 750 mdpl) kepuh dapat tumbuh dengan baik, tapi buah yang dihasilkan sangat jarang. Pertumbuhan yang terjadi mengarah pada pertumbuhan vegetatifnya.
Kepuh merupakan sejenis pohon kerabat jauh kapuk randu. Tinggi dengan batang besar menjulang. Tanaman ini memiliki banyak manfaat, salah satunya biodiesel. Populasi yang semakin jarang dan sdikitnya informasi mengenai kepuh menyebabkan budidaya kurang maksimal. Upaya pelestarian dan budidaya yang tepat dapat dilakukan dengan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai tanaman ini, salah satunya dengan informasi genetik.
Kepuh adalah genus dari tanaman berbunga di mallow keluarga Malvaceae. Bentuk daun berupa daun majemuk menjari berbentuk jorong dengan ujung dan pangkal yang runcing. Panjang daunnya berkisar antara 10-17 cm, berdasarkan analisis sitogenetika berupa jumlah, ukuran, bentuk dan kariotipe kulit pohon terkelupas. Bunga terdapat diujung batang/ranting, pada awalnya bunga berwarna kuning keabuan kemudian menjadi merah. Buah kepuh besar agak lonjong berukuran 7-9 cm dengan lebar sekitar 5 cm, kulit buah tebal dan keras dengan warna merah kehitaman, setiap buah mempunyai biji 10-15 biji, bentuk bundar telur, kehitaman melekat dengan aril berwarna kuning, 1,5-1,8 cm panjangnya. Buah memiliki tipe buah tidak berdaging dengan warna mentah/muda adalah hijau dan berwarna hitam jika sudah matang. Rasa buah kepuh ini sama dengan rasa buah kelapa muda. Panjang tangkai buah 6-35 cm. Kepuh mempunyai akar tunjang dan berbanir, batang berkayu ringan, dan permukaan batang kayu kasar.

     b.   Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka masalah yang akan dibahas adalah:
     1.    Melihat banyaknya manfaat pohon kepuh yang belum diketahui orang banyak.
     2.    Merubah pandangan masyarakat tentang pohon kepuh yakni pohon angker yang harus dijauhi sebagai pohon yang memiliki potensi ganda.


    c.    Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah tugas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya hutan(ESDH) ini untuk mengetahui potensi ganda dari tanaman hutan yang terkesan angkerdan dijauhi masyarakat yakni Pohon Kepuh                               (Sterculia foetida linn)sebagai tumbuhan penghasil energi dan berpotensi sebagai alternatif BBN (bahan bakarnabati).


BAB II
PEMBAHASAN
     1.    Mengenal Tanaman Kepuh
Kepuh (Sterculia foetida linn) mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Malvales
Famili              : Sterculiaceae
Genus              : Sterculia
Spesies            : Sterculia foetida Linn.
            Nama marganya diambil dari Sterculus atau Sterqilinus, yakni nama dewa pupuk pada mitologi Romawi. Bersama dengan nama spesiesnya, foetida yang artinya berbau keras dan busuk, ini dikarenakan bau tak enak yang dikeluarkan oleh pohon ini, terutama pada bunganya. Pohon besar yang menggugurkan daun, berumah dua, tumbuh hingga setinggi 50 meter dan gemang batang 3 meter. Cabang-cabang tumbuh mendatar dan berkumpul pada ketinggian yang kurang lebih sama, bertingkat-tingkat. Daun-daun majemuk menjari, bertangkai 12,5-23 cm, berkumpul di ujung ranting. Anak daun berjumlah 7-9, jorong lonjong dengan ujung dan pangkal meruncing. Bunga majemuk dalam malai dekat ujung ranting, panjang 10-15 cm, hijau atau ungu pudar, dengan kelopak yang terbagi 5 seperti mahkota, buah besar, lonjong, merah terang, akhirnya mengayu. Biji 10-15 nutir per buah, kehitaman, melekat, dengan aril kuning 1,5-1,8 cm panjangnya.
            Pohon kepuh biasa dijumapi ditempat-tempat yang dianggap menyeramkan. Karena pohon kepuh biasa dijumpai di kuburan/ pemakaman atau juga tempat-tempat yang sakral lainnya. Buah kepuh yang bentuknya cukup unik yaitu terdiri dari 5 benjolan (lokus) cukup besar dengan berat 1-3 kg sering masyarakat menamakan sebagai buah “Gendruwo”. Biji-biji kepuh dibiarkan jatuh dan tidak dimanfaatkan secara optimal karena banyak orang yang takut untuk memanfaatkannya.

     2.    Kegunaan Pohon Kepuh
Pohon kepuh merupakan pohon yang sering dijumpai dipemakan-pemakan, ohon kepuh juga sering dijadikan sebagai tempat-tempat yang dianggap sakral. Sehingga banyak orang menganggap bahwa pohon ini adalah pohon angker sehingga belum banyak orang mengetahui potensi ganda yang ada pada pohon kepuh.  Di Indonesia, teruatama Jawa dan Bali, pohon kepuh sering kalli dijumapi tumbuh ditempat-tempat yang angker dan dikramatkan. Lantaran tempat hidupnya dan ukuran batang serta bentuk buahnya, pohon kepuh seringkali dianggap sebagai pohon gendruwo.
Namun dibalik mitos yang angker sebagai tanaman gendruwo, pohon kepuh ternyata memiliki berbagai manfaat. Hampir semua bagian tanaman dari kulit batang, daun, atau buah dan bijinya sering dimanfaatkan. Pohon kepuh dapat dimanfaatkan, baik berfungsi sebagai fungsi ekologi, maupun fungsi produksi yang menghasilkan berbagai komoditi yang mempunyai nilai ekonomi.

a. Fungsi Ekologi
Secara ekologis, tanaman kepuh juga berfungsi sebagai mikro habitat hewan tertentu. Di taman Nasional Komodo (Pulau Komodo) dilaporkan bahwa populasi burung kakak tua jambul kuning (Cacatua subphurea parvula) yang dilindungi menggunakan pohon kepuh sebagai sarangnya. Selain itu karena pohon kepuh memiliki tajuk cukup besar, juga dapat berfungsi sebagai pengatur siklus hidrologi karena akarnya dpat menahan air tanah dengan kapasitas yang cukup besar.

                         
b. Fungsi Produksi

Fungsi produksi dari pohon kepuh dapat diperoleh miulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Kayunya berwarna putih keruh, ringan, dan kasar, tidak kuat, tidak awet, serta tidak tahan terhadap serangan serangga. Kayu ini, meskipun mudah didapatkan dalam ukuran besar, kurang baik untuk bangunan karena mudah rusak. Biasanya digunakan untuk membuat biduk, peti pengemas, dan batang korek api. Namun begitu, pohon kepuh yang tua dapat menghasilkan kayu teras bergaris-garis kuning yang cukup baik untuk membuat perahu dan peti mati. Mungkin juga kayunya ini cocok untuk meubel.
            Daun-daunnya  konon oleh orang pedesaan digunakan sebagai obat-obatan, seperti obat demam, mencuci rambut, dann sebagai tapal untuk meringankan sakit pada kaki dan tangan yang terkilir atau patah tulang. Kulit kayunya diseduh sebagai obat penggugur kandungan.
            Kulit buahnya yang tebal dibakar hingga menjadi abu, dan digunakan untuk memantapkan warna. Air rendaman abu ini juga digunakan sebagai obat penyakit kencing nanah.
                                
Biji kepuh mengandung cukup besar minyak nabati yang terdiri dari asam lemak yaitu asam sterkulat. Asam lemak ini dapat dipergunakan sebagai ramuan berbagai produk industri seperti kosmetik, shampoo, pelembut kain, cat dan plastik. Selain itu asam minyak kepuh juga dapat digunakan sebagai zat adaptif biofuel atau pelumas mesin (oli) yang memiliki titik tuang 18 °C menjadi 11,5 °C. Kandungan minyak yang ada pada biji kepuh cukup besar yakni sekitar 40%. Jika dilakukan pemurnian bisa mencapai 75%. Jadi potensi rendeman jauh lebih banyak daripada buah jarak yang hanya 35-45%. Dengan begitu biji kepuh dapat dijadikan bahan alternatif sebagai bahan bakar nabati (BBN). Karena selain menghasilkan minyak pelumas, asam dari buah kepuh juga dapat dijadikan sbagai biodiesel atau sebagai pengganti minyak solar.
                                                          
Setiap pohon dapat menghasilkan 100-250 kg biji kering. Dengan tingkat rendeman mencapai 50%, berarti setiap 100 gr menghasilkan 50 ml atau 1 kg menghasilkan 0,5 liter. Dengan begitu setiap pohon diperhitungkan dapat menyumbangkan minyak pelumas alternatif sebanyak 125 liter. Paadahal tanaman kepuh bisa berbuah sepanjang tahun setelah berumur 5 tahun.
            Kepuh sebagai tanaman penghasil energi alternatif memiliki beberapa kelebihan dibandingkan tanaman energi alternatif lainnya, misalnya kelapa sawit, tebu, kelapa, ubi jalar, dan ubi kayu. Tanaman kepuh kegunaannya tidak berkompetisi sebagai tanaman konsumsi, sedangkan tanaman kelapa sawit, tebu, kelapa, ubi jalar dan ubi kayu memiliki fungsi utama untuk dikonsumsi.
            Minyak dari inti biji buah kepuh tergolong minyak nabati yang unik karena komponen utama asam lemaknya adalah asam sterkulat yang mempunnyai rumus molekul C19H34O2 dengan rantai karbonnya mempunyi gugus cycloprepenoid. Asam-asam lemak ini atau turunannya dapat dibuat sebagai komponen atau racikan yang melahirkan karakteristik unggul pada berbagai produk seperti kosmetik, pelumas, cat, dan plastik. Ester isopropilnya diharapkan dapat digunakan sebagai bubuhan, penurunan titik tuang pada pelumas bio-diesel.
          

BAB III
PENUTUP
Secara ekologis, tanaman kepuh juga berfungsi sebagai mikro habitat hewan tertentu. Di taman Nasional Komodo (Pulau Komodo) dilaporkan bahwa populasi burung kakak tua jambul kuning (Cacatua subphurea parvula) yang dilindungi menggunakan pohon kepuh sebagai sarangnya. Selain itu karena pohon kepuh memiliki tajuk cukup besar, juga dapat berfungsi sebagai pengatur siklus hidrologi karena akarnya dpat menahan air tanah dengan kapasitas yang cukup besar.
Kepuh sering disebut pohon  gendruwo karena trmpat tumbuhnya yang sering dijumpai ditempat-tempat angker, sakral dan dikrramatkan, seperti kuburan dan lainnya. Kepuh sering dianggap pohon angker oleh masyarakat banyak dan justru dijauhi, namun dibalik kesan angker ada banyak manfaat dan potensi yang dapat dihasilkan dari pohon kepuh. Misalnya, saat ini yang paling menarik adalah biji dari pohon kepuh yang mengandung banyak minyak BBN yang dapat dijadikan sebagai alternatif biofuel. Sayangnya, biji kepuh tidak dimanfaatkan sedemikian rupa, biji kepuh dibiarkan berjatuhan begitu saja.


manfaat Pohon Puspa (Schima wallichii)

  Makalah Penilaian Hutan                                                                  Medan,   Oktober 2019 MANFAAT EKONOMI HASI...