BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar
Belakang
Pranajiwa atau sering
dikenal dengan pohon kepuh (Sterculia foetida) merupakan salah
satu spesies tumbuhan hutan di Indonesia yang berasal dari Afrika Timur, Asia
Tropik, dan Australia. Karena keberadaaan tumbuhan ini sebagian besar ditemukan
dekat dengan kuburan atau tempat-tempat sakral, sehingga masayarakat sering
menyebut pohon ini dengan sebutan pohon “Gendruwo”. Selain karena keberadaannya
tersebut, pohon kepuh ini juga memiliki ukuran pohon dan buah yang besar.
Kepuh dapat diperbanyak
dengan cara vegetatif dan generatif. Perbanyakan generatif menggunakan biji,
sering dilakukan karena mudah, sedangkan perbanyakan vegetatif masih jarang
dilakukan. Perbanyakan secara vegetatif biasanya dilakukan denga cara stek.
Teknik perbanyakn dengan cara stek adalah metode perbanyakan tanaman dengan
menggunakan bagian tanaman yang dipisahkan dari induknya, di mana jika ditanam
dalam kondisi yang menguntungkan untuk bergenerasi akan berkembang menjadi
tanaman yang mampu tumbuh baik.
Kepuh berupa pohon yang
cukup besar, dengan tinggi bisa mencapai 50 meter. Namun demikian keberadaan
kepuh sudah mulai jarang ditemukan, bahkan dari penelitian yang dilakukan
status keberadaan pohon kepuh sudah termasuk langka. Tanaman kepuh dapat tumbuh
dengan cepat didaerah tropik, atau daerah beriklim panas yang bersuhu sekitar
18-27 °C mulai dari daratan rendah sampai ketinggian antara 300 - 600 mdpl.
Pada dataran tinggi (diatas 750 mdpl) kepuh dapat tumbuh dengan baik, tapi buah
yang dihasilkan sangat jarang. Pertumbuhan yang terjadi mengarah pada
pertumbuhan vegetatifnya.
Kepuh merupakan sejenis
pohon kerabat jauh kapuk randu. Tinggi dengan batang besar menjulang. Tanaman
ini memiliki banyak manfaat, salah satunya biodiesel. Populasi yang semakin
jarang dan sdikitnya informasi mengenai kepuh menyebabkan budidaya kurang
maksimal. Upaya pelestarian dan budidaya yang tepat dapat dilakukan dengan
mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai tanaman ini, salah satunya
dengan informasi genetik.
Kepuh adalah genus dari
tanaman berbunga di mallow keluarga Malvaceae. Bentuk daun berupa daun majemuk
menjari berbentuk jorong dengan ujung dan pangkal yang runcing. Panjang daunnya
berkisar antara 10-17 cm, berdasarkan analisis sitogenetika berupa jumlah,
ukuran, bentuk dan kariotipe kulit pohon terkelupas. Bunga terdapat diujung
batang/ranting, pada awalnya bunga berwarna kuning keabuan kemudian menjadi
merah. Buah kepuh besar agak lonjong berukuran 7-9 cm dengan lebar sekitar 5
cm, kulit buah tebal dan keras dengan warna merah kehitaman, setiap buah
mempunyai biji 10-15 biji, bentuk bundar telur, kehitaman melekat dengan aril
berwarna kuning, 1,5-1,8 cm panjangnya. Buah memiliki tipe buah tidak berdaging
dengan warna mentah/muda adalah hijau dan berwarna hitam jika sudah matang.
Rasa buah kepuh ini sama dengan rasa buah kelapa muda. Panjang tangkai buah
6-35 cm. Kepuh mempunyai akar tunjang dan berbanir, batang berkayu ringan, dan
permukaan batang kayu kasar.
b. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian diatas
maka masalah yang akan dibahas adalah:
1. Melihat
banyaknya manfaat pohon kepuh yang belum diketahui orang banyak.
2. Merubah pandangan
masyarakat tentang pohon kepuh yakni pohon angker yang harus dijauhi sebagai
pohon yang memiliki potensi ganda.
c. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah tugas mata kuliah
Ekonomi Sumber Daya hutan(ESDH) ini untuk mengetahui potensi ganda dari tanaman hutan yang terkesan angkerdan
dijauhi masyarakat yakni Pohon Kepuh (Sterculia foetida linn)sebagai tumbuhan penghasil energi dan berpotensi sebagai alternatif BBN (bahan bakarnabati).
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Mengenal
Tanaman Kepuh
Kepuh (Sterculia
foetida linn) mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Malvales
Famili :
Sterculiaceae
Genus :
Sterculia
Spesies :
Sterculia foetida Linn.
Nama
marganya diambil dari Sterculus atau Sterqilinus, yakni
nama dewa pupuk pada mitologi Romawi. Bersama dengan nama spesiesnya, foetida yang
artinya berbau keras dan busuk, ini dikarenakan bau tak enak yang dikeluarkan
oleh pohon ini, terutama pada bunganya. Pohon besar yang menggugurkan daun,
berumah dua, tumbuh hingga setinggi 50 meter dan gemang batang 3 meter. Cabang-cabang
tumbuh mendatar dan berkumpul pada ketinggian yang kurang lebih sama,
bertingkat-tingkat. Daun-daun majemuk menjari, bertangkai 12,5-23 cm, berkumpul
di ujung ranting. Anak daun berjumlah 7-9, jorong lonjong dengan ujung dan
pangkal meruncing. Bunga majemuk dalam malai dekat ujung ranting, panjang 10-15
cm, hijau atau ungu pudar, dengan kelopak yang terbagi 5 seperti mahkota, buah
besar, lonjong, merah terang, akhirnya mengayu. Biji 10-15 nutir per buah,
kehitaman, melekat, dengan aril kuning 1,5-1,8 cm panjangnya.
Pohon
kepuh biasa dijumapi ditempat-tempat yang dianggap menyeramkan. Karena pohon
kepuh biasa dijumpai di kuburan/ pemakaman atau juga tempat-tempat yang sakral
lainnya. Buah kepuh yang bentuknya cukup unik yaitu terdiri dari 5 benjolan
(lokus) cukup besar dengan berat 1-3 kg sering masyarakat menamakan sebagai
buah “Gendruwo”. Biji-biji kepuh dibiarkan jatuh dan tidak dimanfaatkan secara
optimal karena banyak orang yang takut untuk memanfaatkannya.
2. Kegunaan
Pohon Kepuh
Pohon kepuh merupakan pohon
yang sering dijumpai dipemakan-pemakan, ohon kepuh juga sering dijadikan
sebagai tempat-tempat yang dianggap sakral. Sehingga banyak orang menganggap
bahwa pohon ini adalah pohon angker sehingga belum banyak orang mengetahui potensi
ganda yang ada pada pohon kepuh. Di Indonesia, teruatama Jawa dan
Bali, pohon kepuh sering kalli dijumapi tumbuh ditempat-tempat yang angker dan
dikramatkan. Lantaran tempat hidupnya dan ukuran batang serta bentuk buahnya,
pohon kepuh seringkali dianggap sebagai pohon gendruwo.
Namun dibalik mitos yang
angker sebagai tanaman gendruwo, pohon kepuh ternyata memiliki berbagai
manfaat. Hampir semua bagian tanaman dari kulit batang, daun, atau buah dan
bijinya sering dimanfaatkan. Pohon kepuh dapat dimanfaatkan, baik berfungsi
sebagai fungsi ekologi, maupun fungsi produksi yang menghasilkan berbagai
komoditi yang mempunyai nilai ekonomi.
a. Fungsi Ekologi
Secara ekologis, tanaman
kepuh juga berfungsi sebagai mikro habitat hewan tertentu. Di taman Nasional
Komodo (Pulau Komodo) dilaporkan bahwa populasi burung kakak tua jambul
kuning (Cacatua subphurea parvula) yang dilindungi menggunakan
pohon kepuh sebagai sarangnya. Selain itu karena pohon kepuh memiliki tajuk
cukup besar, juga dapat berfungsi sebagai pengatur siklus hidrologi karena
akarnya dpat menahan air tanah dengan kapasitas yang cukup besar.
b. Fungsi Produksi
Fungsi produksi dari pohon
kepuh dapat diperoleh miulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Kayunya
berwarna putih keruh, ringan, dan kasar, tidak kuat, tidak awet, serta tidak
tahan terhadap serangan serangga. Kayu ini, meskipun mudah didapatkan dalam
ukuran besar, kurang baik untuk bangunan karena mudah rusak. Biasanya digunakan
untuk membuat biduk, peti pengemas, dan batang korek api. Namun begitu, pohon
kepuh yang tua dapat menghasilkan kayu teras bergaris-garis kuning yang cukup
baik untuk membuat perahu dan peti mati. Mungkin juga kayunya ini cocok untuk
meubel.
Daun-daunnya konon
oleh orang pedesaan digunakan sebagai obat-obatan, seperti obat demam, mencuci
rambut, dann sebagai tapal untuk meringankan sakit pada kaki dan tangan yang
terkilir atau patah tulang. Kulit kayunya diseduh sebagai obat penggugur
kandungan.
Kulit
buahnya yang tebal dibakar hingga menjadi abu, dan digunakan untuk memantapkan
warna. Air rendaman abu ini juga digunakan sebagai obat penyakit kencing nanah.
Biji kepuh mengandung cukup
besar minyak nabati yang terdiri dari asam lemak yaitu asam sterkulat. Asam
lemak ini dapat dipergunakan sebagai ramuan berbagai produk industri seperti
kosmetik, shampoo, pelembut kain, cat dan plastik. Selain itu asam minyak kepuh
juga dapat digunakan sebagai zat adaptif biofuel atau pelumas mesin (oli) yang
memiliki titik tuang 18 °C menjadi 11,5 °C. Kandungan minyak yang ada pada biji
kepuh cukup besar yakni sekitar 40%. Jika dilakukan pemurnian bisa mencapai
75%. Jadi potensi rendeman jauh lebih banyak daripada buah jarak yang hanya
35-45%. Dengan begitu biji kepuh dapat dijadikan bahan alternatif sebagai
bahan bakar nabati (BBN). Karena selain menghasilkan minyak pelumas, asam dari
buah kepuh juga dapat dijadikan sbagai biodiesel atau sebagai pengganti minyak
solar.
Setiap pohon dapat
menghasilkan 100-250 kg biji kering. Dengan tingkat rendeman mencapai 50%,
berarti setiap 100 gr menghasilkan 50 ml atau 1 kg menghasilkan 0,5 liter.
Dengan begitu setiap pohon diperhitungkan dapat menyumbangkan minyak pelumas
alternatif sebanyak 125 liter. Paadahal tanaman kepuh bisa berbuah sepanjang
tahun setelah berumur 5 tahun.
Kepuh
sebagai tanaman penghasil energi alternatif memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan tanaman energi alternatif lainnya, misalnya kelapa sawit, tebu,
kelapa, ubi jalar, dan ubi kayu. Tanaman kepuh kegunaannya tidak berkompetisi
sebagai tanaman konsumsi, sedangkan tanaman kelapa sawit, tebu, kelapa, ubi
jalar dan ubi kayu memiliki fungsi utama untuk dikonsumsi.
Minyak
dari inti biji buah kepuh tergolong minyak nabati yang unik karena komponen
utama asam lemaknya adalah asam sterkulat yang mempunnyai rumus molekul
C19H34O2 dengan rantai karbonnya mempunyi gugus cycloprepenoid.
Asam-asam lemak ini atau turunannya dapat dibuat sebagai komponen atau racikan
yang melahirkan karakteristik unggul pada berbagai produk seperti kosmetik,
pelumas, cat, dan plastik. Ester isopropilnya diharapkan dapat digunakan
sebagai bubuhan, penurunan titik tuang pada pelumas bio-diesel.
BAB
III
PENUTUP
Secara ekologis, tanaman
kepuh juga berfungsi sebagai mikro habitat hewan tertentu. Di taman Nasional
Komodo (Pulau Komodo) dilaporkan bahwa populasi burung kakak tua jambul
kuning (Cacatua subphurea parvula) yang dilindungi menggunakan
pohon kepuh sebagai sarangnya. Selain itu karena pohon kepuh memiliki tajuk
cukup besar, juga dapat berfungsi sebagai pengatur siklus hidrologi karena
akarnya dpat menahan air tanah dengan kapasitas yang cukup besar.
Kepuh sering disebut
pohon gendruwo karena trmpat tumbuhnya yang sering dijumpai
ditempat-tempat angker, sakral dan dikrramatkan, seperti kuburan dan lainnya.
Kepuh sering dianggap pohon angker oleh masyarakat banyak dan justru dijauhi,
namun dibalik kesan angker ada banyak manfaat dan potensi yang dapat dihasilkan
dari pohon kepuh. Misalnya, saat ini yang paling menarik adalah biji dari pohon
kepuh yang mengandung banyak minyak BBN yang dapat dijadikan sebagai alternatif
biofuel. Sayangnya, biji kepuh tidak dimanfaatkan sedemikian rupa, biji kepuh
dibiarkan berjatuhan begitu saja.